69 research outputs found

    Kajian Pemanenan Jenis Ramin Di PT Diamon Raya Timber

    Get PDF
    Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi target volume tebangan kayu ramin tahun 2003 di PT. DRT (Diamon Raya Timber). Evaluasi dilakukan menggunakan metode French (1883). Hasilnya memperlihatkan volume tebangan untuk seluas 2.000 ha sekitar 9.104,3 m3 berasal dari sebanyak 3.672 pohon. Dari hasil penelusuran pada lokasi bekas tebangan diketahui penebangan di1akukan antara 5,75-14,61 pohon/ha atau rata-rata 10,18 batang/ha; dengan sekitar 1,3-4,0 batang diantaranya dari jenis kayu ramin. Sumber informasi lain memperlihatkan pohon ramin yang ditebang antara 5,65 - 7,22 batang/ha atau rata-rata 6 batang/ha. Besaran ini memperlihatkan bahwa Perusahaan telah berusaha menerapkan prinsip kelestarian pemanenan di hutan a1am. Kendati demikian untuk menambah tingkat kelestariannya maka penebangan pohon berdiameter besar perlu dibatasi, utamanya diperlukan untuk penyediaan pohon induk yang sangat penting sebagai sumber benih dan anakan alam masa mendatang

    Metode Pendekatan Penilaian Ganti Rugi Lahan Hutan

    Full text link
    Perubahan status dan fungsi hutan untuk penggunaan lain di luar sektor kehutanan dimungkinkan sebagaimana diatur dalam UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Kemudian dilanjutkan dengan peraturan pelaksanaannya melalui PP No 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Namun demikian hingga saat ini belum dibahas lebih lanjut tentang pendekatan yang dipakai untuk penetapan nilai/harga ganti rugi suatu lahan hutan dikaitkan dengan semakin besarnya tekanan terhadap hutan untuk penggunaan lahan di luar kehutanan seperti untuk perluasan USAha perkebunan dan atau pertambangan. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu metode penilaian lahan hutan agar harga ganti rugi lahan hutan untuk kepentingan lainnya dapat lebih wajar dan rasional, dengan dua pertimbangan mendasar yakni nilai yang terukur langsung (tangible) dan tidak terukur langsung (intangible). Di dalam nilai intangible tersebut terkandung indeks untuk berbagai parameter seperti luas, bentuk dan sebaran, letak/ lokasi, aksesibilitas, kesuburan unit lahan dan kemungkinan potensi produksi termasuk nilai manfaat konservasi (air, satwa dan hasil hutan bukan kayu). Tulisan ini mencoba menawarkan teknik-teknik perhitungan dalam penetapan nilai ganti rugi lahan hutan

    Potensi Kayu Pertukangan dan Bahan Serpih di Areal Bekas Tebangan Hutan Rawa (Studi Kasus Pemanfaatan Kayu untuk Penyiapan Lahan Hphti, Riau)

    Full text link
    The potency of Log Over Forest (LOF) of swamp forests concession had been supplied woods for raw materials of pulp and paper industries in Riau. It potency is classified into Group Diameter (KD). Fist, the average of KD less than 30 cm is about 41.05 m3/ha. It potency is used as raw material for pulp and paper industry which is familiar called as ‘Bahan Baku Serpih\u27 (BBS). Second, it is KD 30-49 cm which has potency about 32.84 m3/ha. Mostly it is used for carpeting industries. Third, it is KD bigger than 50 cm which has potency about 39.16 m3/ha include of decaying logs with holes. 20% of it is used for BBS and 80% others for carpeting industries. The total potency is about 112.76 m3/ha

    Rekayasa Dan Uji Coba Alat Kabel Layang Expo-2000 Generasi-3 Dalam Pengeluaran Kayu Pada Lereng Curam

    Get PDF
    Rekayasa dan uji coba rekayasa alat pengeluaran kayu sistem kabel layang prototipe Expo-2000 Generasi-3 dilakukan pada areal curam di Cibatu, BKPH Tanggeng, KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menguji kinerja alat tersebut untuk mengeluarkan kayu, khususnya dari aspek produktivitas kerja dan biaya. Hasil uji coba menunjukkan bahwa produktivitas alat prototipe Expo-2000 Generasi-3 adalah sebesar 1,72 m3/jam dengan biaya operasi Rp 138.587,39/jam atau Rp 80.346,45/m3

    Uji Coba Rekayasa Alat Ukur Diameter Pohon Di Hutan Alam

    Full text link
    Uji coba alat ukur diameter pohon ‘wesyano\u27 telah dilakukan pada tahun 2016. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi lima komponen alat ukur, yaitu roda ukur dan dudukannya, tongkat ukur teleskopik, dudukan as, lempeng penutup skala, bilah skala ukur, dan pengunci dudukan bilah skala ukur. Hasil evaluasi menunjukkan nilai bobot akurasi wesyano berkisar antara 0,98–0,99 dengan nilai bobot efisiensinya antara 1–4 kali lebih cepat dibandingkan pengukuran dengan pita ukur. Hasil validasi wesyano menunjukkan nilai keeratan hubungan tinggi terhadap pita ukur untuk satu kali pengukuran (r = 0,978) maupun untuk dua kali pengukuran (r = 0,982). Tidak ada perbedaan signifikan antara pengukuran wesyano dengan satu atau dua kali pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur wesyano dapat dipakai sebagai alternatif pengganti pita ukur dan sangat berguna bagi kegiatan inventarisasi hutan yang masih memiliki pohon berdiameter cukup besar (≥ 50–100 cm) dan berbanir tinggi (≥ 1,8 m) dengan akurasi cukup tinggi, efisien, dan biaya murah

    Performances of Two Prototypes of Log Extraction Techniques Using the Skyline System

    Full text link
    Timber extraction from felling area to road side is not an easy job. This activity facing a number of difficulties particularly due to geo-biophysical conditions, such as steep terrain, up and/or down-hill, valley or river-to be crossed, slippery road and also the size of the timber and low accessibility. To anticipate those obstacles two engineering designs of the skyline system had been tried, the so called Expo-2000 Generation-1, using gasoline engine of 6 HP (G-1), and Expo-2000 Generation-3 using dieselengine of 12 HP (G-3). G-1 model has been tested in Cimeong and Rancaparang in 2011. G-3 model has been examined in Cibatu Canjur and Cibaliung Banten in 2013. This paper evaluates the modification of skyline system for steep terrain and to compare the performance between two modified skyline systems, in term of productivity and cost. The data collected included working time, log volume extracted, log extraction distance and fuel used. Data were analyzed to get the average productivity and cost of operation. Result show that prototype G-3 with logs in horizontal position at a distance of 130-430 m, can extract logs averaging 1.72 m3/hr, at a cost of about Rp 80,346/m3, while prototype G-1 and logs in vertical position at a distance of about 50-320 m, could only extract logs averaging ± 0.85 m3/ hr at a cost of about Rp 156,351/m3. It suggests that prototype Expo-2000 G-3 is more effective for log extraction logs in steep terrain

    Beberapa Aspek Penting dalam Penilaian Pengelolaan Pasca Pemanenan di Hutan Tanaman

    Full text link
    Biomass of timber post forest harvest (natural forest or made man forest0 that available at the felling site is one of natural sources which have a volume still potentially. These materials can be use for energy sources or fulfil of additional materials for pulp and paper industries or another product as availability of volume, type and seize of biomass which usually called as wastes. This potency can be obtained from plantation forest and or natural forest especially on conversion forest production in the form of wastes of bucking, trimming, main stem, branch and stump. The problem is how to collect it in an effective and efficient way. The availability of wood wastes among other due to other function has high condition, particularly for plywood and timber construction as well. For example the length of wood to short, to small of diameter, many defect, decay and holes or bending. Other form are stump and roots, branches and to many bandings. Mostly all of wood wastes are used for layer when equipment wills passing that rows. Similar thing can also obtain from limb trees hit by tree which is cut, hit on skidding operation and road construction
    • …
    corecore